Kamis, 04 Juli 2013

Kalam HAbib Umar Bin Abdurrahman Al Atthos (Shohibur Ratib)



Habib Umar pernah berkata: “Perhatikan kebiasaan baik yang engkau inginkan, wafat dalam kebiasaan itu, karena itu tetaplah engkau dalam kebiasaan seperti itu, dan perhatikanlah kebiasaan buruk yang tidak engkau inginkan wafat dalam kebiasaan seperti itu, kerana itu jauhilah kebiasaan itu”.

Habib Umar berkata: “Jika engkau melihat seorang selalu berkelakuan baik,
maka yakinlah engka orang itu teguh agamanya”.

Habib Umar berkata: “Sumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikitpun
dari generasi terkemudian, akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan
membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit.”

Habib Umar berkata: “Sebagian orang yang datang dengan membawa bejana
yang dapat mencukupinya dalam waktu sebulan, ada yang mencukupinya hanya
8 hari, ada juga yang mencukupinya sehari, tetapi ada juga yang dapat
mencukupinya sepanjang hidupnya”.

Ketika beliau mendengar sabda Nabi S.A.W:
”Seseorang adakalanya beramal kebajikan-kebajikan sampai antara ia dengan
Syurga hanya tinggal sejengkal, tetapi dalam ketentuan Illahi, ia ditetapkan
sebagai penghuni Neraka, sehingga ia melakukan perbuatan-perbuatan amal
penghuni Neraka, sampai ia masuk ke dalam Neraka. Seseorang adakalanya
beramal kejahatan-kejahatan sampai antara ia dengan Neraka hanya tinggal
sejengkal, tetapi dalam ketetapan Illahi, ia ditetapkan sebagai calon penghuni
Syurga, sampai ia masuk ke dalam Syurga”.

Komentar Habib Umar: “Seseorang yang selalu mengerjakan amal-amal ahli
Syurga, kebanyakkannya akan masuk ke dalam Syurga, sebab perbuatan
lahiriyah adalah lambang perbuatan batiniyah. Jika ia sampai masuk ke dalam
neraka, maka hal itu jarang sekali. Hal itu seperti seorang yang jatuh dari
tempat yang tidak terlalu tinggi, tentunya orang itu tidak akan berbahaya.
Demikian pula seorang yang melakukan amal-amal penduduk neraka,
kebanyakannya ia akan masuk ke dalam neraka. Tetapi kalau ia masuk ke dalam
Syurga, maka hal itu jarang terjadi sekali. Hal itu seperti seorang yang jatuh
dari puncak gunung, kebanyakannya akan mati”.

Habib Umar berkata: “Seorang yang melakukan amal kebajikan tetapi ia suka makan yang diharamkan, maka ia seperti seorang yang mengambil air dengan tempayan yang datar, alias tidak akan memperoleh pahala sedikitpun”.

Habib Umar berkata: “Dulu di antara manusia, ada yang datang membawa
pelitanya lengkap dengan minyak dan koreknya yakni dengan persiapan yang
lengkap, sehingga gurunya dapat menyalakan. Tetapi kini, banyak di antara
yang datang kepada gurunya tetapi mereka tidak membawa apapun gurunya
dapat menyalakan”.

Habib Umar berkata: “Bersabar itu akibatnya adalah positif. Allah akan selalu
memberi akibat positif bagi seorang yang bersabar. Alhamdulillah apa yang
dikehendaki Allah pasti akan ditentukan, dan apa yang akan dilaksanakan Allah,
maka akan terlaksana”.

Habib Umar berkata pada sekelompok kaum petani: “Apakah kaum petani akan
tidur nyenyak di malam hari, bila di malam hari ada pembagian air untuk
sawah-sawah mereka yang dapat mengairi sawah-sawah mereka?” Jawab
mereka: “Tidak seorangpun akan tidur di antara kami.” Kata Habib Umar:
“Hendaknya orang-orang yang menghendaki keselamatan di akhirat
meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di tengah
malam hari”.

Ketika dibacakan bait puisi Syeikh Abdul Hadi Assudi:
”Siapa yang mencinta Suad, hendaknya selalu tidak tidur di malam hari”.Habib
Umar memberi komentarnya: “Siapa mencintai Huraidzah, maka ia tidak tidur
di malam hari, artinya siapa yang mencintai seorang, maka ia harus mengikuti
perjalanannya, sebab mengikuti perilaku seseorang sebagai tanda cinta
kepadanya”.

Habib Umar berkata: “Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian
kepada Allah dan hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada
Allah dan hendaknya kalian bertawakal kepada-Nya sepenuh hati, sebab Allah
mengetahui di manapun kalian berada.”

Habib Umar berkata: “Syaitan dapat menggoda manusia dari sisi manapun yang
tak pernah ia perkirakan”.

Habib Umar berkata: “Buah kurma atau buah ketimun dari sumber yang halal
lebih baik dari bubur daging dari sumber syubhat”.

Habib Umar berkata: “Janganlah terlalu perduli kepada dunia dan penghuninya dan janganlah merasa iri pula dengan pakaian atau makanan yang dimiliki oleh penghuninya”.

Pada suatu hari, ketika banyak orang yang mengucapkan kata belasungkawa
kepada Habib Umar atas wafatnya putranya beliau yang masih kecil, maka
beliau berkata dengan ungkapan yang dipenuhi rasa heran: “Alangkah
entengnya musibah dalam agama menurut kalian, padahal kalian tidak pernah
menyatakan belasungkawa andaikata aku terlambat sholat berjamaah artinya
terlambat sholat berjamaah lebih pantas untuk disesali atas kewafatan seseorang
anak kecil”.

Ketika beliau mendengar kekaguman sebagian orang yang menyaksikan
kekeramatan seseorang wali, maka beliau berkata: “Sesungguhnya semua itu
hanyalah kemurahan Allah yang memberikan kepada seorang hamba”.

Ketika disebutkan kepada beliau: “Mengapa dialek bahasamu tidak berubah, padahal engkau telah lama tinggal di bagian atas Hadramaut?” Jawab Habib Umar: “Seorang yang merubah dialek bahasanya adalah seorang yang kurang akalnya”.

Habib Umar berkata: “Desa Huraidzah adalah wilayah kehormatan kami, adapun
wilayah kehormatan Syeikh Abdul Qadir Jaelani ada di masa sebelum kami,
barangsiapa yang melakukan perbuatan yang lahiriyahnya maka akan kami
lakukan baginya perbuatan lahiriyah pula, demikian pula barangsiapa yang
melakukan perbuatan batiniyah, maka kamipun akan melakukan hal serupa
baginya”.

Ketika ada seorang berkata kepada Habib Umar: “Wahai Habib Umar, kelak kami
ingin dikubur bersebelahan dan berdekatan denganmu”. kata Habib Umar:
“Kami harap akan memberi syafaat bagi seluruh penduduk Huraidzah atau
penduduk dunia”.

Ketika ada sebagian orang berkata si fulan lebih baik dari si fulan, maka Habib Umar berkata: “Yang dikatakan orang baik adalah seorang yang telah melewati pintu Syurga sampai masuk ke dalamnya”.

Habib Umar berkata: “Aku beserta putra-putraku di mana saja mereka berada”.
Ditanyakan kepada beliau: “Wahai Habib Umar, bagaimana mungkin engkau dan
putra-putramu berada di tempat ini yang jauh dari kota-kota yang besar dan
yang terkenal dengan wali-wali seperti kota-kota Tarim?” Jawab Habib Umar:
“Harumnya suatu tempat tergantung keharuman penduduknya, demikian pula
kami akan mengharumi negeri kami sendiri”.

Habib Umar berkata: “Kezaliman kaum penguasa terhadap rakyatnya akan
menambah kebajikan bagi rakyat negeri itu, baik di dalam masalah dunia
maupun akhirat, yang sedemikian itu sama halnya dengan sebuah sumur, makin
banyak diambil airnya maka sumur itu makin banyak memancarkan air,
sebaliknya jika sumur itu tidak diambil airnya, maka tidak akan bertambah
airnya sedikitpun, mungkin airnya akan menjadi busuk, karena air di dalamnya
tidak pernah bergerak”.

Ketika ada seorang dermawan yang mengeluh kepada Habib Umar bahawa ia tidak bisa mengerjakan sholat di awal waktunya, dikarenakan ia tidak mau
menolak permintaan orang yang minta bantuan daripadanya meskipun telah
tiba waktu sholat, maka Habib Umar berkata: “Wahai saudaraku, bila waktu sholat
telah tiba, tinggalkan semua kegiatanmu sebab Allah lebih pantas untuk
diperhatikan daripada yang lain”.

Beliau menganjurkan setiap orang yang telah mengkhatamkan bacaan Al Quran
yang ditujukan bagi arwah-arwah orang-orang yang telah wafat, hendaknya ia
membaca Tahlil iaitu mengucapkan Laa Ilaaha Illallah seberapa banyak yang ia
kehendaki, kemudian dilanjutkan Subhaanallahi Wabihamdi beberapa banyak
yang ia kehendaki, kemudian dilanjutkan dengan membaca Laa Ilaaha Illallah
Muhammadur Rasulullah sebanyak 3 kali dengan memanjangkan bacaannya,
kemudian hendaknya ia mengucapkan sholawat sebanyak 3 kali iaitu Allahumma
Sholli ‘Alaa Habibika Sayyidina Muhammadin Wa Alihi Wa Shohbihi Wasallim,
kemudian hendaknya ia mengucapkan Ya Rasulullah ‘Alaika Salam Ya Rasulullah
Salamun Fi Salamin ‘Alaika sebanyak 3 kali, setelah itu hendaknya membaca Al
Fatihah sebanyak 1 kali, surat Al Ikhlas 11 kali, surat Al Falaq sebanyak 1 kali,
surat An Naas sebanyak 1 kali, ayat Kursi 1 kali, akhir surat Al Baqarah 1 kali
dan surat al-Qadar 1 kali dengan niat menghadiahkan pahalanya kepada arwah
yang dituju”.

Pernah Habib Umar menganjurkan muridnya membaca Istighfar dan
Alhamdulillah sebanyak mungkin setelah seorang membaca Maulud.
Habib Umar menganjurkan untuk memperbanyak membaca Istighfar dan
Sholawat, sebab keduanya adalah sebaik-baik zikir yang dapat menolong
kesulitan di masa kini.
 
Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad berkata: “Jika engkau mengucapkan
sebanyak 11 kali tiap kali kalimat-kalimat ini, berarti engkau telah menjalankan
apa yang pernah diajarkan oleh Habib Umar Al Athas.

Disebutkan ada seorang pengikut Habib Umar berkata beliau: “Aku lihat orang-
orang yang berada di majelis ini Wali semuanya”. Kata Habib Umar: “Apa yang
engkau katakan itu memang benar”. Ketika orang itu keluar dari Majelis Habib
Umar, maka beliau ditanya oleh seorang yang hadir dari Majelis itu tentang
maksud ucapan beliau kepada orang tersebut. Maka Habib Umar berkata:
“Sesungguhnya orang itu telah diangkat menjadi Wali Allah, sehingga melihat
orang lain menurut cerminnya, sebab seorang mukmin menjadi cermin mukmin
lainnya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar