Perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang
dimaksudkan di sini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengaturkan atau menyusun.
Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sholat sunnah
Rawatib adalah antara sholat-sholat sunnah yang diamalkan pada
waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi s.a.w. Ratib al-Attas mengandung zikir,
ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah disusun oleh al-Habib Umar bin
Abdul Rahman al-Attas yang juga dibaca pada waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib biasanya digunakan di
negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan
bilangan jumlah zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), mudah
diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu yaitu sekali pada waktu
pagi dan sekali pada waktu malam. Ada beberapa macam ratib, diantaranya: Ratib al-Haddad, Ratib al-Aidrus,
Ratib al-Muhdhor dan lain-lain.
Keutamaan Ratib
Berkata beberapa ulama ahli salaf, diantara keutamaan ratib ini bagi
mereka yang istiqomah mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat Husnul-Khatimah,
menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan senantiasa berada dalam
perlindungan Allah.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat
yang kosong dengan berwudhu, mengadap kiblat dan berniat apa hajatnya,
Insya-Allah dikabulkankan Allah. Para salaf
berkata cara ini amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya
sebanyak 41 kali.
Dintara kelebihan ratib ini adalah, dapat menjaga rumah si pengamal dan 40 rumah-rumah tetangganya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata:
"Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan
ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandung
rahasia-rahasia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampuni oleh
Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut."
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan
Allah dengan berkat Asma' Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad
s.a.w.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muchsin bin Husein al-Attas
berkata: "Mereka yang mengamalkan ratib dan digigit ular niscaya tidak
akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut niscaya akan selamat
dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang
pencuri dan dia selamat."
Pernah datang satu kelompok mengadukan akan hal mereka yang dikelilingi musuh.
Al-Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin Insya-Allah
mereka akan selamat.
Ada sebuah
kampung yang cukup yakin dengan Habib Umar al-Attas dan selalu
membaca ratibnya. Kecil, besar, tua dan muda setiap malam mereka membaca ratib
beramai-ramai dengan suara yang kuat. Kebetulan kampung itu mempunyai musuh
yang hendak menyerang mereka. Kumpulan musuh ini mengutus seseorang mata-mata
untuk mencari kelemahan mereka supaya dapat diserang. Kebetulan pada waktu
si pengintip datang dengan sembunyi-sembunyi mereka sedang membaca ratib dan
sampai kepada zikir:
Artinya: Dengan nama Allah, kami beriman kepada Allah dan barang siapa yang
beriman kepada Allah tiada takut baginya!
Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai tiga kali, si
pengintip terus menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada orang-orangnya
apa yang dia dengar dan mereka tidak jadi menyerang. Maka selamatlah kampung
itu.
Sejarah Ratib
Ratib ini dikarang oleh al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas dan
sekarang telah berusia kira-kira 400 tahun. Ratib ini sehingga kini banyak dibaca
di negara-negara seperti di Afrika termasuk Darussalam, Mombassa dan Afrika
Selatan. Juga di England, Burma (Myanmar),
India
dan negara-negara Arab. Di Afrika ia disebarkan oleh murid-murid al-Habib Ahmad
bin Hasan seperti al-Habib Ahmad Masyhur al-Haddad dan lain-lain. Di India,
Kemboja dan Burma
oleh al-Habib Abdullah bin Alawi al-Attas. Sehingga sekarang kumpulan-kumpulan
ratib al-Habib Umar atau Zawiyah masih diamalkan di Rangoon
dan di beberapa daerah di Burma.
Tetapi mereka lebih terkenal di sana
dengan Tariqah al-Attasiyah.
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura,
Brunei dan Indonesia.
Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura
adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang
oleh al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muchsin bin Husein al-Attas.
Tarikh ini selesai dikarangan pada pagi Jumaat 20 Jumadil Awal 1342
(20 Desember 1923).
Pada tahun 1939, al-Habib Muhammad bin Salim al-Attas telah menerbitkan sebuah
kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah al-Huda di
Pulau Pinang. Di dalam kitab ini tidak hanya mengandung
wirid-wirid datuk beliau al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas tetapi terdapat juga
ratib al-habib Umar bin Abdurrahman al-Attas di dalamnya.
Waktu membaca Ratib al-Attas
Disebutkan di dalam kitab al-Qirtas: "Telah menjadi tradisi
bagi para sesepuh kami, khususnya tradisi dari al-Habib Husein bin Umar membaca
Ratib al-Attas adalah setelah sholat Isya'. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib
Husein beserta pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di bulan
Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum sholat Isya'.
Tetapi bagi yang gemar berzikir banyak yang membaca ratib al-Attas ini di waktu
pagi dan di waktu sore, sebab di antara kalimat-kalimat yang dizikirkan ada
zikir-zikir yang disunnahkan untuk membacanya di waktu pagi dan di waktu sore
seperti tertera di dalam hadis-hadis Nabi s.a.w.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan al-Attas di dalam kitab al-Qirtas bahawa
Habib Umar suka membaca ratibnya secara perlahan tanpa suara, sebab beliau
menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan
lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai".(Al A'raf: 205)
Dan firman Allah:
"Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai".
(Luqman: 19)
Jika ratib al-Attas ini dibaca secara
berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tidak terlalu keras dan
tidak terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
"Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah
pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya".
(Al-Isra': 110)
Ratib Habib Umar
Ratib Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa
Fathu Bab al-Wisol seperti dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan al-Attas di
dalam kitab al-Qirtas bagian kedua juz pertama: "Ratib Habib Umar
merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib
Umar." Peninggalan beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau
tinggalkan bagi umat ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak
mendatangkan faedah bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang
sedang menghadapi kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi mengatakan
bahawa Habib Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan-keutamaan ratib ini.
Pernah disebutkan bahawa ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib Umar
mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang menimpa kepada
mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca Ratib beliau dan dzikir
Tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka dengan berkat bacaan itu, Allah
memberi keluasan hidup bagi mereka.
Menurut Syeikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu
desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan dipelihara
oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat. Selanjutnya Syeikh Ali berkata:
"Pernah aku diceritai oleh sebagian orang bahwa ketika mereka takut
menghadapi perampok yang akan menjarah rumah mereka, maka mereka membaca Ratib
Habib Umar sehingga rumah mereka tidak sampai dijarah oleh kaum perampok itu
meskipun jumlah mereka sebanyak 15 orang".
Kelebihan Ratib Al-Haddad
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak
tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya;
Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di
Seiyun (Hadhramaut): "Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke
Makkah untuk menunaikan Haji, bahtera kami tidak dapat meneruskan
perjalanannya karena tidak ada angin yang menggerakkannya. Maka kami berlabuh di
sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari
kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam,
karena kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami coba meminum
air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan asin, lalu kami buang
air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat.
Maka saya anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini,
mudah-mudahan Allah akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi
itu. Belum sempat kami selesai membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan
sekumpulan orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kami
bergembira sekali. Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu
perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di
situ.
Namun rupanya Allah Ta'ala telah melembutkan hati mereka bila mereka dapati
kami berhenti di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami
menunggang unta mereka untuk membawa kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif tanpa mengganggu kami sama sekali,
dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju ke Haji, syukurlah atas bantuan Allah kerana berkat membaca Ratib.
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang
yang mencintai keturunan Sayyid, katanya: "Sekali waktu saya berangkat
dari negeri Ahsa'i menuju ke Hufuf. Di perjalanan itu saya melihat kaum Badwi
yang biasanya merampas hak orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun
berhenti dan duduk, di mana tempat itu pula saya gariskan tanahnya
mengelilingiku dan saya duduk di tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan
kuasa Allah mereka melintas di hadapanku seperti orang yang tidak
melihatku, sedang aku memandang mereka."
Begitu juga pernah terjadi hal semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya
Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di
sudut Oman
menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka berjumpa dengan gerombolan
perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini.
Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mencelakakan siapa pun, malah
mereka lalu dengan tidak mengganggu.
Apa yang diberitakan oleh seorang Arif
Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal
dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah
seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di
sekitarannya. Dia telah menyiapkan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah
Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentara untuk
menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan
Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib
ini dan memerintahkan tentaranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib
ini dengan bertitah: "Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas karena kita
ada benteng yang kuat, yaitu Ratib Haddad ini." Benarlah apa yang
dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas
dan selamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berokah Ratib
Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini
yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama,
iaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan
kapal, tiba-tiba angin berhenti bertiup, lalu kapal itu pun berhenti
tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun angin belum juga bertiup. Maka
saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang
angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkat membaca
Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh
Barakat Asy-Syathiri Ba'alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu salah jalan sehingga membawa kapalnya kandas di pinggir sebuah batu karang.
Ketika itu angin juga berhenti tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari
bahayanya. Kami semua merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan
niat Allah akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Allah datanglah angin dan
menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami.
Maka karena itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya
tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang
mengingatkanku supaya membaca Ratib ini, dan saya pun terbangun dari tidur dan lalu membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya yang
diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, yaitu
Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: "Saya bermimpi seolah-olah saya
berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang
seorang lelaki memohon sesuatu kepada Habib Abdullah Haddad, maka dia
memberikan kepadaku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta dariku
ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang
diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang
itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majelis Habib Abdullah
Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah
orang itu."
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika
saat ketakutan baik di siang hari mahupun malamnya, dan memang jika dapat
dibaca pada kedua waktu itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan
oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sudah meyakini sendiri tentang
banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut
rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk
mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diceritakan
oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: "Sekali waktu
aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku
seorang Malaikat mengatakan kepadaku: "Setiap malam kami para Malaikat
berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada
malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku
terus terjaga dari tidur lalu segera membaca Ratib Haddad itu.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang
pengalamannya: "Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku
menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang
mengerikankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tiada pula bermimpi
apa-apa pun."
Di antara yang diberitakan lagi, bahwa
seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang
tinggal di negeri Shai'ar, dia bercerita: "Dari adat kebiasaan Sayyid Habib
Zainul Abidin bin Ali bin Sayyid Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat
kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu
malam kami tertidur pada awal waktu Isya, kami tiada membaca Ratib dan tidak sholat Isya, semua orang termasuk Sayyid Habib Zainul Abidin. Kami tiada terbangun melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah
kami terbakar.
Kini tahulah kami bahawa semua itu terjadi karena tidak membaca Ratib ini.
Sebab itu kemudiannya kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan
apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatu pun yang akan
membahayakan kami, dan kami tidak khawatir lagi terhadap rumah kami, meskipun ia
terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak
tenteram dan selalu kebimbangan."
Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang
saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat
meneliti bicara yang saya catatkan di sini, sehingga Sayyid Habib Muhammad bin
Zain bin Sumait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal
Murad, bahawa roh Sayyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca
Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat
dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tiada
perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: "Siapa
yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya
dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta'ala, dan hal ini pernah terjadi dan bukan omong-omong kosong."
Berkata Sayyid Habib Muhammad bin Zain bin Sumait Ba'alawi di dalam kitabnya Ghayatul
Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad:
"Sesiapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini
sama dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu, maka akan
mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi
zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingatiKu, maka baginya akan
ditakdirkan hidup yang sempit." ( Thaha: 124 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari
mengingati Tuhan Pemurah, Kami balakan baginya syaitan yang diambilnya menjadi
teman." ( Az-Zukhruf: 36 )
Allah berfirman lagi: "Dan barangsiapa yang berpaling dari
mengingai Tuhannya, Kami akan melorongkannya kepada seksa yang menyesakkan nafas."
( Al-Jin: 17)Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk
mendorong anda supaya melazimkan mengamalkan bacaannya setiap hari,
sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati
untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
*Syarif atau Asyraf
ialah orang-orang yang berketurunan dari Rasulullah SAW yang juga dikenal
dengan Sayyid