Berikut
penjelasan tentang Hizib yang kami kutip dari penjelasan Mursyidina Al-Habib Lutfi
bin Yahya, Pekalongan. Hizib berasal dari suku kata حِزْبٌ yang dapat diartikan sebagai lasykar, kumpulan
, golongan atau pasukan. Melihat dari redaksi atau susunan yang terdapat
didalam suatu hizib maka untuk selanjutnya pengertian Hizib adalah Sebuah
kumpulan wirid ( yang berasal dari Alqur’an atau hadist Nabi ) yang digunakan
untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi persoalan lahir maupun
batin, baik urusan dunia ataupun akhirat.
Karena besarnya fadhilah suatu Hizib, dan kekhususannya -
pengertian Hizib menjadi lebih Spesifik. Hizib tidak lagi hanya serangkaian
wirid tapi merupakan pasukan pelindung bagi mereka yang mudawamah membacanya.
Kekhususan Hizib ini tidak hanya terletak pada penciptaannya, tapi juga karena
tidak sembarang Ulama yang dapat membuat Hizib. Karena itu sampai sekarang kita
hanya kenal sedikit sekali dari berbagai bacaan yang bernama Hizib ini. Antara
lain Hizib Maghrabi, Hizib Barqi, Hizib Iqbal dan lain-lain, yang jumlahnya
dibandingkan dengan bacaan sejenis adalah sangat sedikit. Keistimewaan Hizib
ini adalah penciptaannya oleh Ulama / Wali
yang memang dibikin khusus untuk kalangan tertentu.
Rangkaian
wirid tidak semuanya dapat disebut sebagai Hizib. Walaupun dilihat dari
susunannya sama. Yakni sama-sama kumpulan ayat, dzikir, dan doa yang dipilih
dan disusun oleh Ulama Salafush shalih yang termasyhur sebagai Waliyullah.
Suatu rangkaian wirid ada yang bernama Ratib. Dewasa ini jama’ah-jama’ah Ratib
tumbuh subur dimana-mana. Karena sifatnya yang ‘dingin’ dan tidak menimbulkan
efek samping secara batiniah. Yang sangat terkenal adalah Ratib Al-Hadad yang
diciptakan seorang Wali Qutub Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, atau Ratib
Al-Atthas ciptaan Wali Qutub Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas.
Yang membedakan suatu ratib dengan ratib
yang lain atau suatu hizib dengan hizib yang lain adalah asrar yang terkandung
didalam setiap rangkaian ayat, doa, atau kutipan hadist yang disesuaikan dengan
Waqi’iyyah ( latar belakang penyusunannya, red )-nya. Namun meski muncul pada
Waqi’ yang sama dan oleh penyusun yang sama, ratib sejak awal dirancang oleh
Aulia untuk konsumsi umum meski tetap mustajab. Semua orang dapat mengamalkan
untuk memperkuat benteng dirinya bahkan tanpa perlu Ijazah, meski tentu jika
dengan ijazah lebih afdhal.
1.
KEHARUSAN HIZIB UNTUK IJAZAH
Berbeda
dengan Hizib, sejak awal dirancang untuk kalangan tertentu yang oleh sang Wali
dianggap memiliki kemampuan lebih, karena itu mengandung dosis yang sangat
tinggi. Hizib juga mengandung lebih banyak sirr ( rahasia ) yang tidak mudah
dipahami oleh orang awam. Seperti kutipan ayat yang isinya seperti tidak
terkait dengan rangkaian doa sebelumnya, padahal yang terkait adalah asbabun
nuzulnya. Hizib juga biasanya mengandung lebih banyak Ismul ‘Azham ( Asma Allah
Yang Agung ) yang tidak ada dalam ratib.
Diibaratkan
seperti kapsul atau tablet obat, tentu tidak mempunyai dosis yang sama.
Demikian juga seperti perbedaan kapsul anti biotic dan vitamin, yang satu
diminum 3 kali sehari dan yang lain mungkin hanya boleh diminum satu kali dalam
sehari semalam. Bahkan Vitamin, yang jelas-jelas berguna pun jika diminum
melebihi dosis yang ditentukan, akan berakibat over dosis dan berakibat buruk
bagi tubuh.
Dan
yang pasti Hizib tidak disusun berdasarkan keinginan sang Ulama. Karena Hizib
rata-rata merupakan ilham dari Allah SWT. Ada juga yang mendapatkannya langsung
dari Rasulullah SAW, seperti Hizbul Bahr, yang disusun oleh Syaikh Abul Hasan
Ali Asy-Syadzily. Karena itu Hizib mempunyai fadhilah dan khasiat yang luar
biasa. Selain itu ada juga syarat usia yang cukup bagi pengamal Hizib. Sebab
orang yang sudah mengamalkan Hizib biasanya tidak lepas dari ujian. Ada yang
hatinya mudah panas, sehingga cepat marah.
Atau
ada yang ditampakkan Allah Asrar dari hizib tersebut, si pengamal menjadi
kehilangan control terhadap hatinya sehingga timbul kesombongan, ada juga yang
berpengaruh kerezeki yang selalu terasa panas sehingga selalu menguap tanpa
bekas. Karena itu diperlukan ijazah dari seorang ulama yang benar-benar
mumpuni, dalam arti mempunyai sanad Ijazah Hizib yang bersambung dan mengerti
dosis hizib tersebut. Selain itu diperlukan guru yang shalih yang mengerti ilmu
hati untuk mendampingi dan ikut membantu sipengamal dalam menata hati dan
menghindari efek negative dari suatu Hizib.
Dengan
begitu, apakah mengambil wirid dari buku atau internet berarti sia-sia ?
Jawabnya TIDAK ! Berdasarkan keterangan guru kami Habib Lutfi bin Yahya.
Selanjutnya Habib Lutfi mengatakan, “… Ambil dan teruskan bacaan-bacaan wirid
tersebut sebagai satu bentuk nilai ibadah,…selanjutnya sesegera mungkin
dimintakan ijazah kepada Ulama/guru yang memahami bidang tersebut...” Dalam
dunia Wirid, Ijazah diperlukan dalam rangka menata hati supaya lebih mantap dan
untuk mencapai pendekatan yang sempurna kepada Allah SWT.
Fenomena
Ilmu Hizib ini masih menarik perhatian banyak kalangan, terutama santri-santri
muda yang selalu memburu jenis ilmu ini.Walaupun memiliki karakteristik yang
keras, Hizib masih mendominasi sebagai ilmu yang ampuh dan nyaris tak
terkalahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar