Ijazah bagi kalangan Hikmah berbeda
pengertiannya dengan ijazah untuk pelajar. Ijazah
yang dimaksud adalah perkenan untuk membaca suatu amalan wirid dengan
tata cara yang ditentukan. Ada 3 jenis ijazah :
- Ijazah ‘Ammah (umum)
- Ijazah Khususiyah (Khususon)
- Ijazah Ghoibiyah
I. Ijazah ‘Ammah
Ijazah
jenis ini sangat gampang di jumpai. Misalnya dari buku-buku doa yang
menyampaikan informasi tentang bentuk suatu amalan wirid. Atau pun dari suatu
majelis yang memberikan Ijazah untuk jamaahnya secara global. Biasanya
Ijazah jenis ini tidak menyertakan jumlah hitungan dan sanadnya. Contohnya
seorang Kyai memberikan keterangan tentang faedah suatu sholawat, dan
menyarankan membacanya agar mendapatkan faedah yang dimaksud. Ijazah ‘ammah
juga biasanya tidak melihat siapa yang menjadi pembacanya. Jadi siapapun bisa
dan boleh mengamalkan wiridan tersebut.
II. Ijazah Khususiyah (Khususon)
Ijazah
jenis ini lebih spesifik. Biasanya dilihat dari karakter sipengamal dan ijazah
yang dikeluarkan. Jenis wirid yang dikeluarkan juga lebih khusus. Misalnya
Hizib atau Asma. Semua karakter amalan yang mengandung tingkat karakteristik
lebih ‘ panas ‘ biasanya di ijazahkan secara hati-hati. Ataupun suatu amalan
yang notabene lebih ringan namun mempunyai tata cara khusus untuk sampai
ke tingkat terbukanya Hijab / keterkabulan Hajat si pengamal. Beberapa hal yang
menyertai Ijazah ini adalah adanya :
A. Sanad / mata rantai
mujiz
Sanad
ini pun terbagi dua :
- Sanad Sughro
Ijazah
ini mempunyai sanad yang tidak terlalu panjang. Mungkin hanya sebatas 3 orang
sampai 5 nama menyertakan Mujiz nya.
- Sanad Kubro
Ijazah
ini mempunyai sanad yang lebih lengkap dan panjang juga biasanya disertai
dengan beberapa nama khusus yang berkaitan dengan isi amalan wirid tersebut.
Misalnya nama dari beberapa penjaga (baca : Khodam ayat) yang menyertai amalan
itu. Untuk sanad yang seperti ini biasanya di punyai oleh Jama’ah Thoriqoh.
Hanya saja tidak ada nama khodam ayat seperti dalam amalan hikmah.
B. Hitungan / jumlah
Untuk
hitungan pun, ijazah jenis ini lebih disiplin. Sang Mujiz biasanya menyertakan
sejumlah bentuk hitungan dalam bacaan tersebut. Ada hitungan ringan untuk
harian yang terbagi menjadi 3 waktu dan Hitungan accident (darurat.red)
Sebagai
contoh pembagiannya seperti dibawah ini :
@. Hitungan Harian
- Hitungan ringan.
Wirid
yang dibaca dalam satu waktu dalam sehari diwaktu tertentu. Misalnya : Ayat
Qursyi yg dibaca 3 kali saat waktu maghrib.
- Hitungan sedang.
Wirid
yang dibaca 2 kali dalam waktu tertentu. Misal : Ayat Qursyi dibaca 3
kali saat waktu maghrib dan shubuh.
- Hitungan berat.
Wirid
yang dibaca setiap ba’da sholat fardhu. Misal : Ayat Qursyi dibaca 3 kali
setiap ba’da sholat fardhu.
@. Hitungan accidential
- Hitungan khusus yang berkaitan dengan saat Riyadhoh.
Hitungan
ini biasanya hanya dibaca saat menjalani / melakoni Riyadhoh , selesai riyadhoh
maka jumlah itu diturunkan untuk pengamalan harian.
- Hitungan khusus yang berkaitan dengan Hajat
Hanya
dibaca satu kali saja dalam riyadhoh untuk mendapatkan Hajat. Ijazah jenis ini
biasanya mempunyai dosis yang lumayan berat. Misalnya saya pernah mendapat
Ijazah Sholawat Jibril dari KH. Kholil Bisri, rembang- yang mesti dibaca
sebanyak 15.000 kali. Ijazah itu hanya dibaca sekali saja dalam satu majelis
(Walopun jika mau dan sanggup tidak ada salahnya di ulang).
III. Ijazah Ghoibiyah
Ijazah
jenis ini jarang diterima orang awam. Biasanya hanya diterima kalangan Khowas /
mursyid tertentu. Setelah melampaui berbagai syarat maka bisa ditentukan apakah
ijazah ini berlaku untuk dirinya sendiri atau bisa dikeluarkan kepada umat.
Ijazah jenis ini menjadi bukti akan keramatnya seorang ‘ khowas ‘ dan dekatnya
maqom beliau kepada Allah Ta’ala. Namun pada beberapa kasus ada juga
orang-orang tertentu mendapatkan ijazah ghoibiyah. Dan yang terbaik adalah
dipertanyakan kepada yang mengerti (Mursyid. Red). Biasanya ijazah ini akan
membawa kebaikan bagi sipenerima. Baik urusan dunia dan akhiratnya. Terlebih
bagi kepribadian yang bersangkutan. Pasti akan mengalami perobahan kearah yang
lebih agamis, santun dan terarah. Saya pernah kenal dengan orang yang mengalami
ini. Sekarang beliau menjadi santrinya Syeikhina Al-Habib Luthfi bin Yahya,
Pekalongan.
Ijazah yang
didapat merupakan perkenan bagi seseorang untuk membacanya. Dengan adanya
Ijazah ini maka akan terbentuklah kemantapan hati bagi sipengamal. Dengan
Ijazah maka hasil yang benar pun akan didapatkan. Pengalaman menunjukkan dengan
adanya mujiz yang menunjukkan cara pengamalan yang benar, maka tingkat
keberhasilan seseorang bisa dipastikan lebih cepat dan bagus. Kemudian timbul
pertanyaan, “ Apakah orang yang tidak mempunyai
guru kemudian mendapatkan informasi tentang sebentuk amalan, maka apakah hasil
yang didapat tidak benar atau tidak akan berhasil ?”
Wiridan
hamper sama seperti matematika. Hanya saja matematika adalah ilmu pasti. Jika
2×2 = 4, maka ilmu wirid tidaklah demikian. Ilmu Wirid adalah keyakinan yang
berbalut agama. Walopun demikian tetap diperlukan hitungan dan rumus yang
tepat. Laboratorium, rumus dan alat dipastikan harus ada. Laboratoriumnya
adalah tempat kita kholwat / riyadhoh, rumusnya adalah hitungan dan jumlah yang
tepat, sedangkan alat yang kita pakai bisa berupa tasbih , biji-bijian, minyak
dan ubo rampe lainya. Dan hasilnya bisa seperti yang kita inginkan, atau
berbeda. Malah ga jarang bisa gagal.
Ilmu
wirid adalah kombinasi antara imaginasi,logika dan
mantra (doa / wirid.red). Contohnya seperti ini, saat saya ribut
dengan istri biasanya dia akan mendiamkan saya selama beberapa hari. Nah…yang
repot ya saya, ga ada yang kasih sarapan, makan atau setrika baju.Pokoknya di
cuekin abis…apa yang saya lakukan agar dia mau saya ajak baikan lagi ??
Biasanya saya akan melaksanakan suatu ‘ riyadhoh kecil ‘. Caranya ?? Malam hari
saya akan melaksanakan hajat dengan niat minta dibaikkan urusan saya dengan
istri. Saat pembacaan wirid, maka benak saya akan membayangkan (baca :
Imajinasi) istri dengan keadaan yang menyenangkan. Wirid tadi sebagai senjata /
wasilah saya dalam berhadapan dengan dia. Logikanya…saya bersikap lebih baik
dengan dia akan niat saya tadi. Hasilnya ?? Ya bagus sekali…dalam hitungan jam,
atau besok paginya sudah bisa dipastikan dia akan menegor saya.
Kembali
kepada pertanyaan di atas. Jawaban saya : BISA !!
tanpa ijazah dan petunjuk sekalipun, asal dia yakin bisa saja terjadi
keajaiban. Orang yang seperti ini biasanya bersandar kepada kemauan hati dan
niat yang kuat. Jeleknya…saat menemui kendala dia akan kebingungan. Ibarat
orang naik perahu tapi tidak mengerti cara membuka layar. Ijazah mempunyai
beberapa point penting. Antara lain :
- Mengikuti sunah Rasul, bahwa belajar harus dengan bimbingan guru
- Mentaati perintah Guru, adanya hubungan batiniyah dengan mujiz
- Kemantapan hati dalam beramal. Karena mengerti tata caranya dengan baik.
- Mengikuti mata rantai / sanad ilmu yang semestinya.
- Menghilangkan kebingungan dan kebimbangan hati.
Maka
alangkah baiknya, siapapun mereka yang mencintai dunia wirid dengan segala
kerumitannya akan mencari guru yang baik. Dengan itu maka apa yang menjadi
kendalanya akan terburai. Sang Guru yang bijak akan menjadi tempat bertanya
bagi simurid. Maka ilmu akan turun dengan tertib mengikuti perkembangan
batiniyah si murid. Pondasi yang ditanamkan akan menghujam kuat kesanubari.
Ilmu akan berkembang dengan baik. Walaupun keadaan dilapangan sebagian orang
masih mengikuti pakem tradisional secara turun temurun. Hal ini tidak bisa
disalahkan. Pada intinya ilmu adalah apa yang kau yakini dengan hatimu. Peran
terpenting dari sebentuk ijazah adalah Guru. Yang terbaik bagimu adalah
mendapatkan seorang Guru yang bijak dan mempunyai hikmah. Guru yang baik akan
mengantarmu ke gerbang Futuh yang sebenarnya. Guru
yang hatinya berkarat akan membuatmu tersesat dan hilang dari rahmat Allah SWT.
Maka
carilah Sang Guru itu demi kebaikanmu. Mintalah dalam munajatmu kepada Allah
SWT seorang guru sejati yang dapat membimbing lahir dan batinmu. Bukan hanya
sampai keterkabulan hajat. Karena sesungguhnya setan pun dapat mengabulkan
hajatmu. Mursyidmu adalah seseorang yang kelak menolongmu dalam gelombang
dahsyat Hari Pembalasan. Pertolongan yang berupa perpanjangan syafaat dari
Rasulullah SAW. Dan yang terbaik adalah jika sang Guru bersambung, baik itu SANAD ilmunya atau NASAB
nya kepada Beliau SAW. Pilihlah satu diantaranya. Alangkah beruntungnya mereka
yang bersama Gurunya kelak. Bergandengan tangan, beriringan menuju keindahan
abadi di dalam Jannah. Semoga aku pun termasuk diantara yang beruntung itu.
Koment diatas...SEMOGA dipermudah HIDAYAH...
BalasHapus