(kitab Al-Ghunayah li Thalibi Thariq
al-Haqq fi al-Akhlaq wa at-Tashawwuf wa al-Adab al-Islamiyah, buah karya
Sulthonul Awliya Syeikh Abdul Qadir al Jailani )
Dari Aisyah , istri Nabi , dia bercerita :
“Rasulullah pernah berpuasa sehingga kami katakan beliau tidak berbuka dan
beliau berbuka sehingga kami katakan beliau tidak berpuasa dan aku tidak pernah
melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali bulan
Ramadhan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan
yang lebih banyak dibanding pada bulan Sya’ban.”
“Wahai Rasulullah , mengapa engkau berpuasa pada bulan Sya’ban ?” beliau
menjawab, “Wahai Aisyah, Sya’ban adalah bulan ketika malaikat maut menandai
nama orang yang dicabut nyawanya pada waktu yang tersisa ditahun itu dan aku
ingin namaku ditandai saat aku dalam keadaan puasa.”
Dari Ummu Salamah , dia bercerita :
“Rasulullah tidak berpuasa pada suatu bulan setelah Ramadhan yang lebih banyak
dari puasanya pada bulan Sya’ban.”
Dari Anas bin Malik , dia bercerita :
“Nabi pernah ditanya tentang keutamaan puasa, maka beliau menjawab, “Puasa
Sya’ban sebagai pengagungan bagi bulan Ramadhan.”
“Keutamaan bulan Rajab atas semua bulan adalah keutamaan Al-Qur’an atas semua
ucapan dan keutamaan bulan Sya’ban atas semua bulan seperti keutamaanku atas
semua Nabi dan keutamaan bulan Ramadhan atas semua bulan adalah seperti
keutamaan Allah atas seluruh makhluk-Nya.”
Dinamai Sya’ban karena ia mengumpulkan bagi bulan Ramadhan kebaikan yang sangat
banyak, dan dinamai Ramadhan, karena ia menghanguskan dosa-dosa.
Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi : beliau bersabda, “Sya’ban adalah bulanku,
Rajab adalah bulan Allah dan Ramadhan bulan umatku. Sya’ban adalah penghapus
(dosa) sedangkan Ramadhan sebagai penyuci.”
Beliau juga bersabda,”Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadhan, banyak
orang-orang yang melupakannya. Pada bulan itu amal perbuatan manusia diangkat
menghadap Tuhan semesta alam dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam
keadaan berpuasa.”
Kata Sya’ban terdiri dari lima huruf : syin yang berarti asy-syaraf
(kemuliaan), ‘ain yang berarti al-‘uluww (tinggi), ba’ yang berarti al-birr
(kebajikan), alif yang berarti al-ulfah (kelembutan) dan nun yang berarti
an-nur (cahaya). Hal itu merupakan karunia yang diberikan Allah kepada seluruh
hamba-Nya. Sya’ban merupakan bulan yang didalamnya semua pintu kebaikan
terbuka, berbagai berkah turun, berbagai kesalahan diabaikan dan berbagai
kejahatan dihapuskan. Pada bulan itu juga diperbanyak shalawat kepada Nabi .
Karena ia merupakan bulan Nabi .
Dari Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah , pernah bertanya kepadanya, “Wahai
Aisyah, malam apa ini?” Aisyah menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
Beliau berkata, “Malam pertengahan Sya’ban. Pada saat itu pula Allah memberi
perlindungan dari api neraka. Apakah kamu mengizinkanku pada malam ini ?” “ya,”
jawab Aisyah. Maka beliau mengerjakan shalat dengan membaca surah Al-Fatihah
dan surah Al-Qur’an lainnya yang ringan. Lalu bersujud sampai pertengahan
malam. Kemudian beliau bangun untuk rakaat kedua dan membaca seperti rakaat
pertama, kemudian bersujud sampai waktu shubuh. ‘Aisyah berkata, “Melihat hal
itu, aku menyangka Allah telah mencabut nyawa beliau. Setelah beberapa lama aku
mendekat, lalu aku menyentuh kedua kakinya yang kempis. Beliau bergerak dan aku
mendengar beliau mengucapkan dalam sujud, “Aku berlindung pada ampunan-Mu dari
siksa-Mu, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari murka-Mu, aku berlindung
kepada-Mu dari azab-Mu. Pujian-Mu sangat Agung, aku tidak dapat menghitung
pujian atas diri-Mu, Engkau seperti Engkau memuji diri-Mu sendiri.” Kutanyakan,
“Wahai Rasulullah, aku telah mendengar engkau mengucapkan sesuatu dalam sujudmu
malam ini yang belum pernah aku dengar sebelumnya.” Rasulullah . Bertanya,
“apakah kamu mengetahuinya ?” “Ya, “Jawab Aisyah. Rasulullah bersabda,
“Pelajari dan ajarkan do’a itu, karena sesungguhnya Jibril telah menyuruhku
untuk mengucapkannya dalam sujudku.”
Dari Aisyah dia bercerita : pada suatu malam aku pernah kehilangan Rasulullah ,
lalu aku keluar rumah dan ternyata beliau berada di Baqi’ sedang mengadahkan
kepada ke langit, lalu beliau berkata kepadaku, “Apakah kamu khawatir jika
Allah akan menganiayamu sedang Rasul-Nya ada dihadapanmu ?” aku menjawab,
“Wahai Rasulullah, aku kira engkau mengunjungi istrimu yang lain.” Maka
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam
pertengahan bulan Sya’ban, lalu memberi ampunan kepada orang yang jumlahnya
lebih banyak dari jumlah bulu biri-biri.”
Dari Ikrimah, budak Ibn ‘Abbas, mengenai firman Allah , pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, Ibn ‘Abbas berkata, “Yaitu malam
pertengahan Sya’ban. Pada saat itu Allah mengurus segala urusan untuk waktu
satu tahun, menandai nama-nama yang akan mati dan menulis nama-nama yang akan
berangkat ibadah haji ke Baitullah. Dia tidak menambahkan kepada seorang pun
dari mereka dan tidak pula menguranginya.”
Abu Nashr memberitahuku, dari Malik bin Anas, dari Hisyam bin Urwah, dari
Aisyah , dia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Allah
mengalirkan kebaikan pada empat malam, yaitu : malam Idul Adha, malam Idul
Fitri, malam pertengahan (nisfu) Sya’ban, pada malam itu Allah menandai ajal
dan rezeki serta menetapkan orang yang akan berangkat haji dan malam Arafah
sampai waktu azan.”
Sa’id menceritakan, Ibrahim bin Abi Najih berkata, “Ada lima dan yang kelima
adalah malam Jum’at.”
Abu Hurairah dari Nabi beliau bersabda, “Jibril pernah mendatangiku pada malam
pertengahan (nisfu) Sya’ban dan dia berkata kepadaku, “Wahai Muhammad, angkatlah
kepalamu ke langit.” Kemudian aku bertanya, “malam apakah ini ?” Jibril
menjawab, “Pada malam ini Allah membuka tiga ratus pintu rahmat, Dia memberi
ampunan kepada siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,
kecuali tukang sihir, dukun, pecandu khamar atu orang yang selalu
mengulang-ulang berbuat riba dan zina. Mereka tidak diberi ampunan oleh-Nya
hingga mereka bertobat.”
Setelah seperempat malam, Jibril turun dan berkata, “Wahai Muhammad, angkatlah
kepalamu.”
Maka beliau mengangkat kepalanya dan ternyata pintu-pintu syurga sudah terbuka
dan diatas pintu pertama ada malaikat berseru, “Beruntunglah orang-orang yang
berdzikir pada malam ini.” Pada pintu kedua ada malaikat yang berseru,
“Beruntunglah orang-orang yang bersujud pada malam ini.” Pada pintu ketiga ada
malaikat yang berseru, “Beruntunglah orang-orang yang berdoa pada malam ini.”
Sedangkan pada pintu keempat ada malaikat yang berseru, “Beruntunglah
orang-orang yang manangis karena takut kepada Allah pada malam ini.” Dan pada pintu
keenam ada malaikat berseru, “Beruntunglah kaum Muslim pada malam ini.” Pada
pintu ketujuh ada malaikat berseru, “Adakah orang yang meminta, pasti akan
diberi.” Dan pada pintu kedelapan ada malaikat berseru, “Siapapun yang
bertobat, niscaya dia akan diberi ampunan.”
Lalu aku bertanya, “Wahai Jibril , sampai kapan pintu-pintu ini akan terbuka ?”
Jibri menjawab, “Sampai terbit fajar dari sejak permulaan malam.” Kemudian
Jibri berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya pada malam ini Allah akan
membebaskan manusia dari neraka sebayak bulu biri-biri.”
Ada yang berpendapat bahwa malam itu disebut malam bara’ah (pembebasan), karena
pada malam itu ada dua pembebasan. Pertama, pembebasan orang-orang yang
sengsara dari Allah , Tuhan Yang Maha Penyayang; kedua, pembebasan para wali
dari orang-orang yang hina dina.
Telah diriwayatkan dari Rasulullah , beliau bersabda, “Pada malam nishfu
Sya’ban, Allah melongok sekali longokan. Lalu Dia mengampuni orang-orang yang
beriman, mengabaikan orang-orang kafir dan membiarkan orang-orang yang dengki
dengan kedengkian mereka, sampai mereka meninggalkan kedengkiannya.”
Ada yang mengatakan bahwa para malaikat mempunyai dua malam raya di langit,
sebagaimana kaum Muslim mempunyai hari raya di bumi. Malam raya para malaikat
adalam malam bara’ah dan malam Lailatul Qadar. Sedangkan hari raya orang-orang
yang beriman adalah hari Idul Fitri dan Idul Adha. Hari raya para malaikat
berlangsung pada malam hari karena mereka tidak tidur, sedangkan hari raya
orang-orang Mukmin berlangsung pada siang hari karena mereka tidur di malam
hari.
Ada yang mengatakan, hikmah ditampakannya malam bara’ah dan malam Lailatul
Qadar disembunyikan adalah karena malam Lailatul Qadar merupakan malam penuh
rahmat, pengampunan dan pembebasan dari api neraka. Malam itu disembunyikan
Allah agar mereka tidak membicarakannya. Dan Allah memperlihatkan malam
bara’ah, karena malam itu merupakan malam pemberian keputusan. Malam itu
merupakan malam kemurkaan dan keridhaan, malam pengabulan dan penolakan, malam
kebahagiaan dan kesengsaraan, malam kemuliaan dan kehinaan. Pada malam itu ada
orang yang bahagia dan ada pula yang sengsara, ada yang dimuliakan ada pula
yang dihinakan. Berapa banyak kain kafan yang dicuci sedang pemakainya masih
terus sibuk di pasar. Berapa banyak kuburan yang sudah digali sedang pemiliknya
masih terus tertawa padahal mereka sudah dekat dengan kebinasaan. Berapa banyak
orang yang berharap syurga tetapi yang tampak padanya adalah petunjuk ke
nereka. Berapa banyak orang yang mengharapkan pemberian tetapi memperoleh
musibah. Dan berapa banyak orang yang mengharapkan kekuasaan, tetapi justru dia
mendapatkan kebinasaan.
kDari
sebagian kitab Durratun Nasihin hasil karya dari Syeikh Utsman bin Hasan bin
Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyyi
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan laut dari sinar dibawah Arasy, kemudian
menciptakan satu malaikat yang mempunyai dua sayap, satu sayapnya ditimur dan
sayapnya yang lain dibarat, sedang kepalanya dibawah Arasy dan dua kakinya
dibawah bumi yang ketujuh. Apabila seorang hamba membaca shalawat untuk saya
dibulan Sya’ban, maka Allah menyuruh malaikat itu agar menyelam di air hidup.
Malaikat itupun menyelam, kemudian keluar dari dalam air serta mengkibaskan
sayapnya sehingga berteteslah dari bulunya, tetesan yang banyak sekali. Maka
Allah menciptakan dari tiap-tiap tetes air itu akan satu malaikat yang
memohonkan ampunan baginya (orang yang membaca shalawat) sampai hari Qiyamat.”
( Zubdatul Waa’izdiina )
Sabda Nabi : “Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya’ban ? mereka
menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui, beliau bersabda, “Karena
didalam bulan ini bercabanglah kebaikan yang banyak sekali ( Raudhatul ‘Ulama )
Diriwayatkan dari Imam Muslim dari Abu Hurairah : Nabi bersabda :
“Allah telah menjadikan kasih sayang-Nya seratus bagian; maka Allah menahan
disisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan yang satu bagian dikirimkan ke
bumi. Maka dari sebab yang satu bagian itu, semua makhluk menjadi berkasih
kasihan; sehingga binatang mangangkat kukunya / kakinya dari anaknya karena
takut anaknya terkena musibah.”
“Dan Allah mengakhirkan / menyisihkan sembilan puluh sembilan yang dengan itu
Allah berbelas kasihan kepada para hamba-Nya dihari Qiyamat.”
Oleh karena itu diterangkan : “Bulan Rajab kesempatan membersihkan badan, bulan
Sya’ban kesempatan membersihkan hati dan bulan Ramadhan kesempatan mensucikan
jiwa.
Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rajab, seharusnya
dia membersihkan hatinya dibulan Sya’ban dan barang siapa yang membersihkan
hatinya dibulan Sya’ban juga seharusnya membersihkan jiwanya dibulan Ramadhan.
Maka kalau tidak membersihkan badanya dibulan Rajab dan tidak membersihkan
hatinya dibulan Sya’ban kemudian kapan / bagaimana dia bisa membersihkan jiwa
dibulan Ramadhan ?
Oleh karena itu sementara Hukama berkata, “Sungguh bulan Rajab itu kesempatan
untuk mohon ampunan dari segala dosa, bulan Sya’ban kesempatan untuk
memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan Ramadhan untuk menerangkan
haati / membersihkan hati / jiwa Lailatul Qadar untuk mendekatkan diri kepada
Allah .” ( Zubdatul Waa’izdiina )
Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda :
“Barangsiapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya’ban dan tiga hari
dipertengahan bulan Sya’ban serta tiga hari diakhir bulan Sya’ban maka Allah
mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi dan seperti orang yang
beribadah kepada Allah selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun
itu maka dia sebagai orang yang mati syahid.”
“Barangsiapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Allah dan bertaat
kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiyat / durhaka, maka Allah
mengampuni semua dosanya dan menyelamatkan didalam satu tahun itu dari segalam
macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit”. ( Zubdatul Waa’izdiina )
Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az Zaahidiy bahwa dia berkata : “Kawan
saya Abu Hafshin Al-Kabiir telah meninggal dunia, maka saya juga menshalati
jenazahnya dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan. Kemudian
saya bermaksud akan menengok kuburnya, ketika saya tidur dimalam hari saya
bermimpi melihatnya dia sudah berubah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam
kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian saya berkata / bertanya
kepadanya, “Subhaanallah / Maha Suci Allah, mengapa engkau tidak membalas salam
saya ?” dia menjawab, “membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah
terputus dari ibadah.” Kata saya, “Mengapa saya melihat wajahmu berubah,
padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus ?
Dia menjawab, “ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu
malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata, “Hai situa yang jahat,
dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan
diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar”.
Kuburpun berkata kepada saya, “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku ?”,
kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga
tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun menjadi
terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya’ban”,
waktu itu ada suara mengundang dari atas saya, “Hai Malaikat, angkatlah batang
kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan /
mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa
pula satu hari dibulan Sya’ban. Maka Allah menghapuskan siksa dari padaku
dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan juga
dengan berpuasa satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Allah memberi kegembiraan
kepada saya dengan syurga dan kasih sayang-Nya.”
Oleh sebab itu Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menghidupkan malam dua
hari raya ( Idul Fitri dan Idul Adha ) dan malam pertengahan dari bulan
Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati”.
Diriwayatkan dari Athaa-I bin Yasaari , bahwa dia berkata : “Tidak ada satu
malam sesudah malam Qadar ( Lailatul Qadar ) yang lebih utama kecuali dari
malam setengah bulan Sya’ban”.
Diriwayatkan dari Aly , bahwa beliau bersabda :
“Apabila telah datang malam setengah Sya’ban ( 15 Sya’ban ) maka berdirilah
kamu sekalian pada malamnya (dirikanlah shalat) dan berpuasalah pada siang
harinya, karena pada malam itu Allah turun kelangit dunia ketika matahari
tenggelam seraya berfirman : “Apakah ada orang yang meminta, maka akan Aku beri
permintaannya, apakah ada orang yang minta ampunan, maka akan Aku ampuni dan
apa ada orang yang minta rizqi, maka Aku beri rizki ?” sehingga terbit fajar”.
Dari Abdullah bin Mas’uud dari Nabi , bahwa beliau bersabda :
“Barangsiapa mengerjakan shalat seratus raka’at dimalam pertengahan bulan
Sya’ban dan tiap-tiap raka’at dia membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas
lima kali, maka Allah menurunkan / mengirimkan lima ratus ribu malaikat yang
tiap-tiap malaikat membawa satu daftar catatan dari nur serta mereka menulis
pahal orang itu sampai hari Qiyamat.
Diriwayatkan dari Abi Nashrin bin Sa’iid dari Nabi bersabda :
“Tatkala malam tiga belas bulan Sya’ban maka datanglah Malaikat Jibril kepada
saya, lalu berkata “Hai Muhammad, bangunlah ( kerjakanlah shalat ), sungguh
telah datang waktu tahajjud, agar engkau bisa minta apa yang engkau kehendaki
untuk umatmu”. Maka beliau mengerjakannya.
Jibril datang kepada Nabi pula ketika waktu subuh mulai memancar seraya berkata
: “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah telah memberikan kepadamu sepertiga
umatmu”. Maka beliau menangis seraya berkata, “Hai Jibril, beritahukanlah
kepada saya dua pertiga umatku yang lain”. Kata Jibril “Saya tidak
tahu”.malaikat Jibril pun datang kepada beliau pada malam yang kedua dan
berkata, “Hai Muhammad bangunlah dan tahajjudlah !” beliaupun mengerjakannya.
Kemudian malaikat Jibril mendatangi beliau pula ketika fajar dan berkata, “Hai
Muhammad, sungguh Allah telah memberi kepadamu dua pertiga umatmu”.
Maka beliau menangis dan berkata, “Wahai Jibril, beritahukanlah kepadaku umatku
yang sepertiga lainnya !’ kata malaikat Jibril “Saya tidak tahu”
Kemudian malaikat Jibril mendatangi Nabi pada malam “Bara’ah” dan berkata, “Hai
Muhammad, kabar gembira untukmu, bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan
kepadamu semua umatmu dari orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu”.
Lalu malaikat Jibril berkata, “Hai Muhammad, angkatlah kepalamu ke langit /
keatas serta lihatlah apa yang engkau lihat ?”
Maka Nabi melihat keatas dan beliau lihat pintu-pintu langit terbuka, sedang
para malaikat dari langit dunia sampai ke Arasy dalam keadaan sujud serta
memohonkan ampunan untuk umat Muhammad dan tiap-tiap pintu langit ada satu
malaikat.
Maka pada pintu pertama terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi
orang-orang yang ruku pada malam ini”.
Dipintu kedua terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
sujud dimalam ini”.
Dipintu ketiga terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
berdzikir pada malam ini”.
Dipintu keempat terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
berdo’a kepada Tuhan-Nya pada malam ini”.
Dipintu kelima terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
menangis karena takut kepada Allah pada malam ini”.
Dipintu keenam terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
berbuat baik pada malam ini”.
Dipintu ketujuh terdapat malaikat yang berseru, “Untung bagi orang-orang yang
membaca Al-Qur’an pada malam ini”.
Kemudian malaikat itu berseru, “Apakah ada orang yang minta, maka akan diberi
permintaannya ?” apakah ada orang yang berdo’a, maka akan dikabulkan do’anya ?”
apakah ada orang yang bertobat, maka akan diberikan tobat kepadanya ?” apakah
ada orang yang minta ampunan, maka dia akan diampuni ?”
Dari siti Aisyah bahwa dia berkata, “semula saya tidur bersama Nabi , maka
ketika saya terbangun, saya tidak mendapatkan Nabi , lalu saya menjadi bimbing
dan saya kira beliau pulang ke salah satu isterinya pada waktu giliran saya.
Lalu sayapun mencari beliau di rumah-rumah mereka dan tidak saya jumpai.
Kemudian saya pergi ketempat Fathimah dan saya ketok pintunya, maka ada
tegoran, “Siapa dipintu ?” jawab saya, “Saya Aisyah, saya datang kemari pada
saat ini untuk mencari Nabi”. Maka keluarlah Aly, Hasan, Husein dan Fathimah
radhiyallahu anhum ajma’iina.
Kata saya, “Dimana kita mencari Nabi ?” mereka menjawab, “Kita mencari beliau
di mesjid-mesjid”.
Kami semuapun mencari beliau dan tidak kami dapatkan, kata Aly, “Mestinya Nabi
hanyalah pergi ke Baqii’il Gharqadi (nama tempat disitu banyak pohon-pohon
indah) .
Maka kami sekalian pergi ketempat rekreasi ( tempat yang mengembirakan ) dan
pada waktu itu ada sinar memancar dari kuburan. Kata Aly , “Cahaya itu tidak
lain kecuali Nur Nabi .
Kamipun datang mendekati dan kami dapatkan beliau sedang sujud sambil menangis
dan tidak seorangpun yang merasa sama sekali, dan beliau bertekun tunduk seraya
berucap dalam sujudnya
“Apabila Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka itu para hamba-Mu;
dan apabila Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau itu Maha Mulia
lagi Maha Bijaksana”.
Ketika Fathimah mengetahui beliau, maka dia berhenti didekat kepala beliau
serta mengangkat wajah beliau dari tanah dan berkata, “Wahai ayah, apakah gerangan
yang menimpa engkau; apakah ada musuh datang atau ada wahyu yang turun ?”
Beliau menjawab, “Hai Fathimah, tidak ada musuh datang dan tidak ada wahyu
turun, akan tetapi pada malam ini adalah malam “Bara’ah” saya memohon kepada
Allah ”.
Dan beliau berkata pula, “Hai Aisyah, kalau sekiranya hari Qiyamat telah
datang, maka saya sedang bersujud dan saya bermohon kepada Allah serta mohon
pertolongan”.
Kemudian Rasulullah saw bersabda : “Apabila kamu sekalian menghendaki
keridhaanku, maka sujudlah kamu sekalian dan tolonglah aku dengan berdo’a dan
merendah diri kepada Allah ”.
Beliau bersabda, “Hai Aly sujudlah engkau dan carilah orang lain, hai Fathimah
dan Aisyah sujudlah kamu keduanya dan carilah anak-anak serta orang-orang
perempuan lain”.
Maka merekapun bersujud serta menangis sehingga terbit fajar.
Hari para ahli taat, kamu sekalian lebih utama bertekun dan tunduk, karena
dosamu lebih banyak; sesungguhnya mereka itu menangis untuk kepentinganmu, maka
kamu lebih utama menangis untuk dirimu sendiri”. ( Raudhatul Ulama )
Diceritakan bahwa Nabi Isa berjalan-jalan; maka melihat gunung yang tinggi lalu
dia pergi kegunung itu. Maka ketika itu ia berada disebuah batu besar lebih
putih dari pada susu dipuncak gunung itu. Kemudian dia mengelilingi batu itu
dan mengagumi keindahannya. Maka Allah memberi wahyu kepadanya, “Hai Isa,
apakah engkau suka Aku tunjukan yang lebih indah lagi mengagumkan dari pada ini
?”
Nabi Isa menjawab, “Iya suka”
Maka batu besar itu pecah dan ketika itu ada seorang tua didalamnya yang
mengenakan jubah bukaan muka dari rambut / bulu, dihadapannya terdapat sebatang
tongkat sedang ditangannya memegang sebuah anggur dan dia sedang berdiri
mengerjakan shalat.
Nabi Isa menjadi kagum seraya berkata, “Wahai Syaikh, apakah yang saya lihat
ini ?”
Syaikh itu menjawab, “ini adalah rizki saya setiap hari”.
Kata Nabi Isa , “Semenjak berapa tahun engkau beribadah disini ?”
Kata orang tua itu, “Semenjak empat ratus tahun”.
Kata Nabi Isa , “Wahai Tuhanku, adakah Engkau telah menciptakan yang lebih
utama dari pada orang tua ini ?”
Maka Allah memberi wahyu kepadanya, “Kalau seandainya umat Muhammad menjumpai
bulan Sya’ban lalu dia mengerjakan shalat Bara’ah pada malam pertengahannya,
niscaya shalat itu lebih utama dari pada ibadahnya hamba-Ku ini selama empat
ratus tahun”.
Kata Nabi Isa , “Alangkah bahagianya seandainya saya termasuk umat Muhammad ”